Recent Post
2.22.2011

Opini: Sihanouk 1970

Sepak Terjang Sihanouk 1954 - 1970

1955
Hasil Pemilu 1955 telah dikaitkan dengan penipuan dan intimidasi. Pemilih diintimidasi oleh sistem voting yang melibatkan potongan kertas berwarna yang harus dimasukkan ke dalam kotak dengan pengawasan penuh dari tokoh politik Sihanouk, tentara dan polisi setempat. Pada bulan Agustus 1957, Sihanouk memanggil para pemimpin partai Demokrat untuk "debat" di Royal Palace. Mereka mengalami lima jam penghinaan publik. Setelah acara selesai, para peserta diseret dari mobil dan dipukul dengan popor senapan oleh polisi dan tentara Sihanouk. Pada tahun 1963 pangeran mengumumkan nasionalisasi perbankan, perdagangan luar negeri, dan asuransi sebagai alat untuk mengurangi kontrol ekonomi asing, akibatnya investasi asing segera pergi dari Kamboja. Sihanouk Trail

1955, mula-mula ia mendukung Amerika, mengharapkan bantuan militer dan peralatan untuk angkatan bersenjata Kamboja (Royal Khmer Armed Forces). Awal 1960-an, bantuan yang datang sekitar 30% dari anggaran pertahanan Kamboja dan 14% dari total anggaran arus masuk. Pengaruh militer Amerika yang kuat terhadap kelompok kanan Lon Nol membuat dia khawatir.

Beberapa orang menuduh Amerika Serikat mendukung penghapusan Sihanouk, tetapi dokumen sudah dibuka untuk publik yang menunjukkan bahwa, hingga akhir Maret 1970, administrasi Nixon berharap untuk menggalang "hubungan persahabatan"  dengan Sihanouk. Ini cerita pada 1970, tapi 1959, Bangkok Plot berbicara lain.

1965
Pemberontakan di daerah sekitar Samlot di provinsi Battambang. Kebencian lokal difokuskan pada pegawai pengutip pajak dan keputusan pemerintah untuk mengambil alih tanah untuk membangun pabrik gula dekat Samlot. Pada bulan Januari 1967, warga desa yang marah menyerang pegawai kolektor pajak.
Singkatnya; pertama: tanah dirampas tanpa kompensasi yang memadai, untuk pembangunan pabrik gula di Kompong Pol, kedua: memaksa petani untuk menjual beras di bawah todongan senjata, tentu saja dengan cara-cara seperti ini tidak bisa diharapkan untuk mendapatkan harga yang bagus. Harga jelek bagi petani.

Sihanouk kemudian menyebutkan, dengan cara yang santai, bahwa efektivitas angkatan bersenjata kerajaan telah kembali damai, tetapi kenyataan sekitar 10.000 orang telah meninggal.

Sihanouk segera berpidato di radio mengecam petani, juga menyatakan bahwa Khieu Samphan, Hu Nim dan Hou Yuon ada dibelakang ini,  dan tidak lagi menghargai kekebalan politiknya sebagai anggota Parlemen. Pidato ini diterjemahkan oleh Khieu Samphan sebagai "sinyal" berbahaya. Daripada terjadi hal yang tidak diinginkan lebih baik kabur duluan untuk masuk ke hutan.

Beberapa sejarawan mengatakan bahwa memang ada rencana pemberontakan dari Partai Komunis Kamboja, gangguan ini adalah upaya yang terkoordinasi untuk mengguncang Sihanouk,meskipun gagal, tindakan represif dari Sihanouk juga keterlaluan, ini membuat bara api menjadi lebih besar.

Dengan dorongan kader komunis lokal, pemberontakan dengan cepat menyebar melalui seluruh wilayah, dari Batambang ke selatan dan barat daya provinsi Pouthisat (Pursat), Kampong Chhnang (Kompong Chang), Kampong Cham, Kampong Spoe (Kompong Speu), Kampot, dan provinsi tengah Kampong Thum, dan keributan tambah parah. Cambodia History

Pada 1965 Sihanouk memutuskan hubungan diplomatik dengan AS dan sebagai gantinya dia semakin dekat dengan Cina. Sihanouk menegosiasikan kesepakatan dengan Cina dan Vietnam Utara. Kesepakatan itu memungkinkan mereka untuk membangun fasilitas militer permanen di wilayah Kamboja. Kamboja juga membuka pelabuhan untuk pengiriman pasokan militer dari Cina ke Vietnam. Dalam pertukaran untuk konsesi ini, sejumlah besar uang jatuh ke tangan para elit Kamboja. Secara khusus, transaksi dilakukan dimana Cina akan membeli beras dengan harga inflasi dari pemerintah Kamboja. Sihanouk berbicara netralitas di depan umum, tapi ia sendiri secara efektif mendorong Kamboja langsung ke dalam Perang Vietnam.

Peningkatan operasi AS pada 1967 memaksa NVA masuk lebih dalam ke perbatasan Kamboja. Sihanouk menjadi gugup setiap hari, khawatir dengan eskalasi pasukan dan meningkatnya kekerasan yang berasal dari Revolusi Kebudayaan di Cina. Sihanouk kembali mulai membuat tawaran ke Amerika Serikat. Segera cukup uang mulai mengalir, dan Presiden Johnson berjanji AS akan mengakui netralitas Kamboja dan integritas. Kebijakan ini akan tetap berlaku sampai pelantikan Presiden Amerika yang baru. Presiden baru Amerika; Nixon terpilih sebagai Presiden Amerika pada 5 November 1968

Operasi Menu
Kampanye pemboman B52 di timur Kamboja, 18 Maret 1969 - 26 Mei 1970, Sebelum Sihanouk melakukan perjalanan ke luar negeri pada 1970. Tujuan: menghancurkan basis PAVN (People's Army of Vietnam - Tentara Rakyat Vietnam) dan NLF (National Front for the Liberation of South Vietnam - Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan / Viet Cong) Menurut pejabat Angkatan Udara Amerika bahkan pengeboman dilakukan 4 tahun sebelumnya (era Presiden Jhonson) pada 1965. Operasi Menu

cambodia nixon

b52

----------------------

Tahun 1970 Sihanouk melakukan perjalanan panjang ke luar negeri untuk mengunjungi Prancis, Uni Soviet dan Cina. Setelah kepergiannya terjadi kudeta yang dilakukan Sirik Matak bersama Lon Nol pada tanggal 18 Maret 1970, Majelis Nasional mendukung ini.

Memperhatikan era Sihanouk pada 1954 - 1970, terutama untuk tahun 1960 - 1970, menimbulkan pertanyaan tentang seputar kepergiannya pada tahun 1970.

Apakah anda merasa bahwa kepergiannya ke luar negeri pada tahun 1970 adalah hal yang terjadi begitu saja ?
Apakah kalau ia kembali sebelum terjadi kudeta keadaan akan menjadi lebih baik ?
Bagaimana dengan nasib rakyat Kamboja yang terkena kampanye pemboman B52 Amerika, bisakah ia menjelaskan ini ?
Bagaimana dengan pasukan Vietnam yang setelah pemboman justru semakin jauh masuk ke dalam wilayah Kamboja ?
Bagaimana dengan kelompok kanan pro As yang membenci
kebijakan Sihanouk ?
Apakah dengan menghukum mereka persoalan menjadi selesai ?


Prediksi keadaan Kamboja seandainya Sihanouk kembali sebelum kudeta

Kejatuhan Saigon berangkali akan lebih cepat, konsentrasi tentara pembebasan Vietnam lebih terpusat untuk penyerangan ke Vietnam Selatan, itu berarti termasuk Amerika di dalamnya.
Kamboja era Sihanouk pada masa itu (sebelum pergi ke luar negeri) tidak ada rencana secara terbuka yang bisa dikenal secara umum untuk tindakan pengusiran dan penutupan Kedutaan Besar Vietnam Utara, yang pada ahirnya menimbulkan kontak senjata (era Lon Nol setelah kudeta) walaupun dia jelas-jelas tidak suka dengan pelanggaran perbatasaan yang semakin menjadi-jadi oleh pasukan Vietnam, namun demikian ia tidak berdaya mengingat kekuatan militer Vietnam bukan tandingan bagi Kamboja.

Kmher Rogue tidak akan berkembang pesat, hanya Sihanouk yang bisa lebih jauh mempengaruhi Kamboja pedesaan untuk mendukung Khmer Rogue menjadi lebih besar. Meski demikian Khmer Rogue akan menjadi batu sandungan di masa depan, sementar Khmer Rogue juga menjalin hubungan dengan Vietnam.

Akibat kampenye pemboman B52 yang menimbulkan korban jiwa termasuk terhadap rakyat Kamboja ia juga harus menjelaskan persoalan ini termasuk tentang pengungsian penduduk dari desa ke kota, popularitasnya secara langsung jelas menurun.

Kelompok kanan yang didukung Amerika dan Amerika sendiri tidak menyukai kebijakan Sihanouk atas dibukanya Sihanoukville untuk menyokong pasukan Vietnam, apakah ia bisa meredam gejolak ini yang semakin lama semakin membahayakan ?

Asumsinya akibat krisis yang terlalu parah, cepat atau lambat Sihanouk akan tetap jatuh dengan atau tanpa kudeta termasuk insiden dan faktor-faktor pendukung lainnya, kalau ini sampai terjadi dia tidak akan pernah bisa bangkit lagi untuk selama-lamanya, "mandat dari surga" sepertinya harus dicabut.
Sementara berada di China sambil berteriak kudeta kepada dunia dia bisa mempersiapkan pembalasan, melemparkan semua kesalahan Kamboja kepada Lon Nol dan yang paling penting keselamatan dirinya dan keluarganya terjamin, hal ini juga diharapkan oleh China sebagai investasinya di masa depan.
Oleh karena itu perjalanan ke luar negeri adalah hal yang paling rasional, sedangkan kudeta Lon Nol adalah konsekwensi logis untuk harga yang harus dibayar. Sekali lagi sub judul ini hanyalah opini.

----------------------

Penutup - Lon Nol 1970

Lon Nol mempelajari Indonesia
Sebelum Lon Nol mengambil alih kekuasaan pemerintahan di Kamboja 18 Maret 1970, ia mengirim beberapa perwiranya ke Indonesia karena terkesan oleh transfer kekuasaan dari Sukarno oleh Angkatan Darat. Tercatat sebuah tim berisi perwira secara rahasia mengunjungi Indonesia pada bulan November 1969 dan pengiriman yang kedua pada Januari 1970, dengan misi: mempelajari secara mendalam bagaimana Angkatan Darat menyingkirkan Presiden Sukarno. Dari kunjungan tersebut terjalin hubungan khusus antara angkatan bersenjata Kamboja dengan petinggi militer Indonesia. plnri-kamboja

Lon Nol mempelajari transfer kekuasaan di Indonesia adalah sesuatu yang tidak salah, namun disayangkan ada persoalan yang dilupakan. Satu hal yang harus di ingat baik-baik; Sukarno bukan Sihanouk, Sukarno tidak mau terjadi perang saudara, Sukarno juga tidak berkeinginan "jalan-jalan" ke luar negeri seperti apa yang dilakukan oleh Sihanouk pada masa krisis, padahal dia Sukarno, berada dalam kuasa kuat dan bisa saja menggerakan tentara yang setia dan rakyat untuk perlawanan kalau saja seandainya dia mau, tapi itu tidak dilakukan. Skenario China ini ternyata diterapkan juga untuk Sihanouk, untuk Indonesia tidak berhasil, tapi untuk Sihanouk sepertinya berhasil dengan memuaskan.

Sekarang anda mempunyai perbandingan yang adil, kira-kira apa itu Sihanouk ?


post terkait: Sirik Matak 1975

Related Posts


0 comments: